PLTA Mendalan Menghadapi Letusan Gunung Kelud
Peningkatan status Gunung Kelud dari siaga ke awas menjadi sinyal bahaya bagi masyarakat Kabupaten Malang, Kediri dan sekitarnya. Gempa – gempa vulkanik dengan skala kecil menjadi penghias rutinitas masyarakat dalam kurun waktu satu minggu belakangan.
PLTA Mendalan berdaya terpasang 4 x 5,5 MW merupakan salah satu pembangkit UP Brantas yang berada di dekat Gunung Kelud. Dalam situasi ini, PLTA di Kecamatan Kasembon, Malang itu tak henti berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait dan mengakses informasi serta publikasi berkenaan dengan perkembangan status Gunung Kelud. Diantaranya dengan BPBD Kabupaten Malang, Puskesmas, Muspika, Jangkar Kelud serta Stakeholder lainnya.
Perkiraan dan prediksi meletusnya Gunung Kelud telah banyak diberitakan di media masa. Namun karyawan PLTA Mendalan tetap melakukan aktifitas seperti kondisi normal biasa. Tak ada keraguan sedikit pun dalam diri mereka karena tugas dan tanggung jawab profesi. Pembangkit harus tetap dioperasikan. Kehandalan dan konsistensi suplay energi listrik harus tetap terjaga walau ancaman dan risiko telah nampak di depan mata.
“ Bencana tidak bisa kita hindari karena memang suratan Ilahi, tetapi dampak dari bencana itu dapat kita kurangi apabila kita memang siap dan mempersiapkan diri menghadapinya “. Petikan kalimat itulah yang mendasari kemantapan hati seluruh karyawan PLTA Mendalan. Seluruh infratruktur, sarana prasarana, jaringan komunikasi, peralatan evakuasi dan P3K, pembekalan diri terkait tanggap darurat juga telah dipersiapkan.
Menjelang berakhirnya istirahat siang pukul 12.45 WIB aktivitas vulkanik Gunung Kelud makin meningkat. Intensitas letusan dan gempa makin meningkat. Debu tipis akibat letusan kecil selama beberapa hari mencemari udara dan terasa menyesakkan makin nafas. Tak lama kemudian terjadi gempa dasyat dan terdengar suara menggelegar dari arah gunung. Langit menjadi gelap gulita, udara sesak di sepanjang hari berubah menjadi panas dan menyengat. Gunung Kelud meletus!
PLTA Mendalan terimbas letusan. Pembangkit yang beroperasi sejak tahun 1955 ini terpaksa shutdown karena situasi yang tidak memungkinkan. Tindakan pengamanan peralatan pembangkit menjadi prioritas awal yang dilakukan para operator produksi dalam menghadapi situasi ini. Kepala PLTA selaku ketua tim RTD (Rencana Tindak Darurat) segera berkoordinasi dengan PJT dan PLN P2B sesuai SOP yang rutin disimulasikan.
Evakuasi personil ke tempat aman segera dilakukan. Sekitar lima menit kemudian seluruh personil yang ada di PLTA Mendalan baik karyawan ataupun tamu telah berkumpul di assembly poin. Mereka kemudian didata dan dievakuasi menuju area yang aman. Di tempat ini dilakukan penanganan medis bagi personil yang memerlukan.
Itulah sekilas skenario dalam simulasi Business Continuity Plan di PLTA Mendalan pada Kamis (2/5). Simulasi ini merupakan sebuah usaha untuk meminimalisir risiko meletusnya Gunung Kelud. Peristiwa letusan Gunung Kelud pada tahun 2014 telah memberi pembelajaran bagi PJB bagaimana melakukan tanggap darurat saat terjadi letusan gunung. Tentang tanggung jawab untuk berdedikasi demi terangnya Nusantara yang kita cintai.(hsn)