UKM Binaan PJB Bangkit dari Pandemi, Menghasilkan Pupuk Organik dari Limbah Kopi
Terletak di lereng Gunung Argopuro, Desa Andung biru merupakan salah satu desa penghasil kopi unggul jenis robusta dan arabika. Setelah mencoba untuk bertahan selama masa pandemi dimana hasil panen mulai melandai, tantangan lain kembali dihadapi oleh petani kopi Desa Andungbiru, yaitu melonjaknya harga pupuk. Terjadi peningkatan harga pupuk sekitar 29,20% dari harga tahun sebelumnya. Akhirnya pemupukan seringkali diabaikan sehingga produktivitas tanaman kopi pun menurun.
Pada musim panen tahun 2021, petani hanya mampu mendapatkan rata-rata 220 Kg/Ha dari sebelumnya 400 Kg/Ha. Pada saat yang sama harga kopi mengalami penurunan. Berdasarkan data observasi di lapangan penurunannya mencapai 8,65% dari tahun sebelumnya. Jika pada 2019 hasil panen kopi rata-rata dihargai Rp. 22,571/sak (50 kg), namun tahun 2021 menjadi Rp. 20,169/sak.
Melalui pendampingan dari CSR PJB UP Paiton, petani kopi Andungbiru akhrinya berhasil melakukan berbagai terobosan untuk memecahkan masalah yang ada. Salah satu diantaranya adalah dengan memproduksi pupuk organik. Pembuatan pupuk dilakukan dengan mengkombinasikan antara kulit kopi, sekam, kotoran ternak, ampas gergaji kayu, EM4 serta bahan pelangkap lainnya. Dengan Biaya Sekitar Rp 170.000 dapat menghasilkan 500Kg pupuk Trichokompos atau Rp 340/Kg. Harga ini 10 kali lebih murah bila dibandingkan dengan harga pupuk kimia/anorganik yang mencapai Rp 3.400/Kg.
Keberadaan UP Paiton yang terus bersinergi dengan Desa Andungbiru memiliki misi agar dapat terus bertumbuh dan berkembang bersama. UP Paiton secara berkala memberdayakan potensi-potensi yang ada di Desa Andungbiru, pada hal ini salah satunya adalah melalui pemberdayaan pertanian kopi.