Mengupas Tuntas Pemanfaatan Batubara Kalori Rendah
Para pemasok dan pengguna batubara kalori rendah, serta pabrikan pembuatan peralatan pembangkit berbahan bakar batubara kalori rendah selama dua hari (25-26 Juli 2018),berkumpul di Shangri-La Hotel Surabaya. Mereka yang tergabung dalam SBC User Group tersebut membahas berbagai permasalahan terkait dengan pemanfaatan batubara kalori rendah, dengan satu tujuan, yaitu demi kemajuan sektor ketenagalistrikan di kawasan Asia.
Kegiatan yang bertajuk 7th ASIAN USERS GROUP CONFRENCE & EXHIBITION 2018 itu dibuka oleh Sekretaris Direktorat Jendral (Sesditjen) Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Agoes Triboesono, didampingi Direktur Pengadaan Strategis PT PLN (Persero) Supangkat Iwan Santoso, Direktur Utama PT Pembangkitan Jawa Bali, Iwan Agung Firstantara, dan Executive Director PRB Coal Users Group, Randy Rahm. Event tersebut merupakan even tahunan yang berlangsung sejak tahun 2012. 7th Annual ASIAN USERS GROUP CONFERENCE & EXHIBITION 2018 dimotori oleh PRB Coal Users Group, PT PLN (Persero) dan PT PJB. Pihak lain yang terlibat sebagai Founding Members adalah KOEN (Korea Energy), CLP China, EGCO Group, HK Electric Hongkong, Taiwan Power Company, dan Tenaga Nasional Berhad, Malaysia.
Direktur Pengadaan Strategis PT PLN (Persero) Supangkat Iwan Santoso, mengapresiasi atas terlaksananya ASIAN USERS GROUP CONFRENCE yang dinilai memberikan kontribusi positif bagi pengelolaan pembangkit di Indonesia, dan sangat membantu PT PLN (Persero) dalam mensukseskan Program 35.000 MW yang diamanahkan pemerintah kepada PT PLN (Persero). âSebagian besar pembangkit dalam Program 35.000 MW adalah pembangkit yang menggunakan bahan bakar batubara kalori rendah. Forum ini bisa menjadi ajang bertukar pengalaman, bertukar informasi, serta bertukar pengetahuan dan teknologi, sehingga memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi PLN Group,â kata Supangkat Iwan Santoso.
Direktur Utama PJB, Iwan Agung Fisrtantara menambahkan, pemanfaatan batu bara kalori rendah merupakan fenomena baru di Indonesia, seiring dengan Program 35.000 MW. Hampir semua pembangkit dalam program tersebut memanfaatkan batu bara kalori rendah. PJB turut ambil bagian dengan mengoperasikan pembangkit berbahan bakar batubara kalori rendah di berbagai daerah di Indonesia, dengan total kapasitas 5.439 MW. Pembangkit itu terdiri dari berbagai kapasitas mulai dari pembangkit skala kecil berkapasitas 7 MW per unit hingga pembangkit skala besar dengan kapasitas 1.000 MW per unit.
âBanyak tantangan dalam mengoperasikan pembangkit berbahan bakar batu bara kalori rendah. Karenanya ASIAN USERS GROUP CONFERENCE menjadi sangat penting. Melalui forum ini kita bisa berbagi pengalaman serta sharing pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kinerja pembangkir berbahan bakar batubara kalori rendah,â tutur Iwan Agung.
Selama dua hari, terdapat 25 sesi conference dengan mengangkat tema âKeeping Lower CV Coal Plant safe, Reliable & Efficient, Boiler & Combustion, Coal Handling, Safety & Health/Fire. Ini semua merupakan sharing knowledge bagi para peserta yang rata-rata merupakan pemilik tambang dan pengelola pembangkit listrik. PT PJB menampikan dua pembicara, yaitu:
âĒ Sugiyanto, Direktur Operasi 1 PT PJB, memaparkan tentang Coal Switching Program Immplementation at 2 x 400 MW Paiton Power Plant Indonesia (Case Study).
âĒ Miftahul Jannah, Direktur Operasi 2 PT PJB, memaparkan tentang Combustion Tuning on Coal Pulverizer Boiler with Coal Variety (Case Study).
Pada hari ketiga, 27 Juli 2018, para peserta 7th ASIAN SBC USERSâ GROUP CONFERENCE and EXHIBITION 2018 akan mengunjjungi PLTU Paiton 9, pembangkit milik PT PLN (Persero) yang dikelola PT PJB. PT PJB dalam mengelola PLTU Paiton 9 menerapkan standart NFPA 850 yang di-release oleh National Fire Protection Association. Standart ini berisikan panduan praktis yang direkomendasikan dalam pengelolaan aspek keselamatan kebakaran pada pembangkit dan gardu induk tegangan tinggi. Hal ini sangat penting mengingat batubara kalori rendah menimbulkan risiko kebakaran yang tinggi diakibatkan tipikal dari batubara yang cenderung membentuk debu batubara mudah terbakar (combustible dust). (*)